Selamat Datang di Blog Ridha Intifadha

Barangkali Hidup Ini Hanyalah…

By ridhaintifadha

Sayangku, barangkali hidup ini hanyalah serangkaian persiapan dalam menghadapi perubahan. Karena itulah, sejatinya seseorang tidak boleh mengatakan dirinya tidak mampu. Bahkan, Tuhan sendiri tidak pernah meragukan kita sebagai makhluk-Nya bukan? Sejak zaman penciptaan kita sebagai abdi dan khalifah fi ardhi, Tuhan selalu percaya atas kemampuan kita untuk melebihi malaikat-Nya yang setia. Sebagian dari kita seringkali hanya tidak siap dan menyiapkan diri agar siap.

Aku masih teringat wartel yang menjamur ketika masih berada di penjara suci. Ia menjadi satu-satunya alat komunikasi para santri dengan orang tuanya masing-masing. Betapa banyak orang yang berinvestasi dalam bisnis tersebut saat itu. Tapi nyatanya, sekarang ia hanya legenda yang ditelan auman sang kala.

Begitulah. Sebagian dari masyarakat kita gagal membaca arah zaman dan peradaban. Padahal berbagai teknologi informasi digital yang kini kau manfaatkan saat ini telah diprediksi ketika digunakan oleh para tentara dan industri luar angkasa. Sekali lagi, bukan karena tidak mampu, tapi karena sebagian dari kita tidak siap atas perubahan. Enggan untuk menghadapi inovasi.

Maka dari itu, aku kadang berpikir di balik sesuatu yang besar, terdapat persiapan yang tidak sebentar. Di balik sesuatu yang instan, terdapat proses kompleks yang tidak pernah terbayangkan. Di balik hal yang tidak sederhana, ada spontanitas disertai keberanian. Setidaknya itulah yang ku alami saat melihatmu di sudut cafe beraroma kopi dan langsung bertanya “ini siapa ya?” yang langsung disambut dengan jawaban berisi namamu. Jika dipikir kembali hari ini, sungguh kalimat yang asing nan canggung untuk memulai percakapan saat jumpa pertama. Tapi di sinilah kita berada sekarang untuk membangun keluarga bersama. Terkadang ketidaksiapan kita dikalahkan oleh keberanian dan rasa penasaran yang melimpah.

Sayangku, barangkali hidup ini hanyalah serangkaian syukur dan sabar, sebagai wujud bahwa kita siap atas setiap hasil ikhtiar. Pantas saja Rasul bersabda bahwa alangkah bahagianya kita sebagai seorang muslim. Bersyukur saat diberi nikmat dan bersabat saat diberi azab. Nampaknya sederhana, namun sejatinya aku ingin senantiasa bersyukur meskipun saat ditimpa dan ditempa oleh ujian.

Sesuai janji-Nya, kita senantiasa diuji untuk meningkatkan iman. Di sisi lain, aku punya harapan agar ujian itu meluruhkan dosa dan amarah, juga perasaan sombong yang menjauhkanku dari aroma surga. Aku ingin diuji supaya lebih bersyukur atas kehidupan. Aku ingin diuji sehingga segala keraguan atas ketidaksiapanku menjadi keyakinan yang diteguhkan, atau berbuah iman yang diistiqamahkan.

Ah. Barangkali hidup ini hanyalah serangkaian rencana yang tertunda. Serangkaian seni dalam menepati janji. Serangkaian asa yang butuh berwujud nyata. Hidup menjadi ajang pencarian makna melalui tanya-tanya atas ketidaksiapan kita.

Sumber gambar dari unsplash